-->

Sejak Kapan Nama Dermayu atau Indramayu Itu Ada?

Sep 24, 2022
Pendopo Kabupaten Indramayu (Dok. Didno)


Setiap memasuki bulan Oktober di Indramayu selalu muncul perdebatan atau beda pendapat mengenai kapan hari jadi Indramayu yang sebenarnya. Pasalnya penetapan hari jadi Dermayu atau Indramayu hanya berdasarkan Babad Dermayu.  


Sejak kapan sih nama Dermayu atau Indramayu itu ada?. Menurut catatan Iskandar Z mengungkapkan hal tersebut dalam acara Obral Obrol #32 Dewan Kesenian Indramayu tanggal 18 September 2022 dengan membuat kronologi nama Dermayu atau Indramayu berdasarkan arsip catatan harian Kastil Batavia dan arsiparis Hindia Belanda.   

1606 : Telah ada Nama kawasan "Dermaiyoe" (Peta Hondius)

1615 : Raja Cirebon menyerahkan wilayah sebelah barat Sungai Cimanuk kepada Mataram.

1631-1666 :"Dermayo, Dermaijoe, Durramayo, Indermaijoe, Indermayoe, Indra Maijo" sering disebut dalam keterangan arus keluar masuk komoditas dagang.

1651-1657 Sistem Dua Penguasa Pesisir Mataram, Indramayu dibawah Penguasa Pesisir Barat : Kiai Wira

1657-1659 Sistem Empat Penguasa Pesisir Mataram, Indramayu dibawah Penguasa Pesisir : Kiai Tumenggung Pati.

1661 Syahbandar Dermayu adalah Wangsaperdana (Tionghoa Muslim), saudara Syahbandar Banten Kiai Ngabehi Cakradana.

1663 : Kiai Wiralodra dan Raden Wukirsari terlibat dalam permasalahan hutang dengan seorang Janda istri dari Alm. Thomas de Liefde.

1676 : Penguasa Pesisir Barat dan Timur : Rangga Sidayu dan Ngabehi Singawangsa.

1676 : Kawasan Indramayu, Pamanukan dan Ciasem berada dibawah Pengawasan "Sang Gubernur Agung (Walikota) Tumenggung Wangsaita, gugur di Desa Demung, Situbondo Jatim, Pangeran Purbaya II Gugur di Gegedog, Jatim (Mataram-VOC vs Laskar Makassar-Madura).

1677 :Sunan Amangkurat I meninggal di Tegal (Istana Mataram di Pleret jebol), Putra Mahkota menemui Speelman di Loji VOC Jepara.

Kiai Rangga Gempol (III) berniat mengambil alih tanah dari wilayah Cirebon, Indramayu, Pamanukan, dan Ciasem. Kiai Rangga meminta bantuan Banten. 

1677 (Nov) : Kiai Rangga Gempol menduduki Cipragi (Subang) dengan 2000 rakyatnya.

(Januari): Pangeran Adipati Anom menyerahkan wilayah sebelah barat Indramayu ke VOC.

1678 (Januari) : Pangeran2 Cirebon secara sepihak menyerahkan wilayah Barat Indramayu ke Sultan Banten. Pasukan Banten menduduki Sungai Indramayu-Karawang.

1678 (April-Mei) Saudara Wiralodra Kiai Martapraya berselisih dengan menantu Syahbandar Dermayu.

Gubernur Wiralodra dari Semarang pergi menuju Batavia, lalu kembali ke Indramayu.

1678 (2 Juni) : Wiralodra menerima rekomendasi penetapan tugas melanjutkan jabatannya sebagai "Gubernur (Bupati-Utama) Mataram di Indramayu, mengawasi tanah-tanah Mataram di sebelah barat Cirebon (Cimanuk - Karawang). Gelar Jabatan Wiralodra adalah "Kiai Ngabehi Wiralodra", Syahbandar Dermayu dilanjutkan Wangsaperdana dengan Lurah Waduaji.

1678 (22 Juni) : Nahkoda Bayer Visch berkunjung ke Indramayu guna membacakan ketetapan tugas dan jabatan Wiralodra kepada para bupati dan komando-komando yang pangkatnya lebih rendah.

1678 (September) Pihak Sumedang memanggil ketigakalinya, Panggilan tersebut ditujukan kepada Ngabehi Wiralodra, Imam Khotib, dan Waduaji. Wiralodra sedang berada di Jepara menghadapi pasukan Makassar.

Pihak VOC meminta pengganti Lurah Waduaji kepada Mataram, yaitu Lurah Wangsa dan Sutadria untuk mengawasi Wiralodra. VOC mewajibkan agar di

Indramayu dibangun Pos/Pangkalan Militer dibiayai Wiralodra-Mataram.

1678 (September) : Nitinegara dan Wadujai bersama pasukan Bali dan Makassar menyerang Cirebon Indramayu.

1678 (Nov) : Wangsaperdana melarikan diri ke Cirebon, lalu ditangkap dan dibawa ke istana Tirtayasa Banten. Wiralodra diberi tugas sebagai pemimpin dalam pemerintahan kecil mengurus 270 cacah. 1678 (Okt-Des) : Pasukan Banten menyerang kembali Sumedang, Pasukan Bugis/Makassar menyerang Surabaya, Rembang, Blora, Jepara. Kiai Rangga Gempol (III) mengungsi ke Indramayu. Sumedang diduduki Pasukan Ciliwidara/Dipati Cakradilaga. 

1678 (Des) : Pasukan Banten -Ciliwidara- menuju Cirebon dan Indramayu.

1679 : Rangga Gempol (III) bersama Couper di Indramayu menghimpun kekuatan dan merebut kembali Sumedang. Mei Pasukan Ciliwidara kembali dengan jumlah besar. Rangga Gempol mengungsi kembali ke Indramayu.

1679 (Mei) : Ngabehi Wiralodra meminta ijin untuk tetap tinggal di daerahnya tidak menemani dan menyambut Sunan Amangkurat Il di JeparaMataram. Pos dan Gudang VOC di Indramayu diserang Pasukan Banten. Indramayu dijaga Wirantaka anak Ngabehi Wiralodra bersama serdadu voC.

Pemerintahan Kandanghaur jatuh ditangan Pasukan Banten, Bupatinya -Nalajaya- pergi menuju Indramayu meminta perlindungan kepada BupatiUtama Wiralodra.

1679 (Juli) : Wirantaka (anak Wiralodra) menduduki Sindang untuk menyemangati rakyat guna menghadapi Pasukan Banten.

Nitinegara (Wangsatanu) menduduki Losarang dari Pegaden. Wangsatanu dengan 300 pasukan Banten mendirikan pagar dari bambuuntuk pertahanan. Gelar Intenegara/Nitinegara diberikan oleh Sultan Banten. Wiralodra kemudian mengirim utusan untuk meninjau secara langsung kondisi tersebut. Rangga Gempol III yang mengungsi di Indramayu akhirnya berdamai dengan Wiralodra.

Ciliwidara memanggil para pemimpin Karawang ke Pegaden, jika tidak menyerah maka akan diserang layaknya Indramayu.

1679 (Okt) : Warga Indramayu banyak mengungsi ke Paparean dan Widasari, Bupati Wiralodra meminta mereka agar kembali. VOC menawarkan kepada Wiralodra dan Rangga Gempol untuk mengungsi ke Batavia.

1679 (Nov) : Kampung Terusan didekat (Indermayu) diserang Perampok Kidul. Pasukan Belanda -Letnan Ruys- terancam, Kapten Karang datang untuk penyelamatan.

Pihak Nitinegara memberi peringatan kepada Kiai Wiralodra dan Kapten Karang, bahwa Pasukan Gabungan telah berada di Jatibarang.

1679 (Des) : Ngabehi Kartayuda dari Ciasem mengungsi bersama 63 jiwa rakyatnya di Indramayu.

Kepala suku Pasukan Banten -Kiai Aria Suradimartayang menduduki Indramayu, mengirim surat peringatan kepada Wiralodra dan Kapten Karang. Aria Suradimarta menanyakan mengapa Wiralodra bekerjasama dengan orang2 Kristen (Belanda). Wiralodra menjawab bahwa tiada tuan selain Sunan Mataram (Amangkurat II), alasan Wiralodra bekerjasama dengan VOC karena VOC akan menolong Susuhunan Mataram.

Ciliwidara dan Aria Suradimarta mengirim surat penghinaan terhadap Rangga Gempol, karena telah membongkar kubu pertahanan mereka di Kampung Terusan. Pihak Banten merayu agar Rangga Gempol kembali ke Sumedang dg syarat tunduk pada Sultan Banten. Rangga Gempol menolak, karena Rajanya adalah Sunan Mataram.

1680 : Pihak Banten yang menduduki Indramayu yaitu Kiai Aria Suradimarta dibantu Kiai Demang Lodaantaka dan Kiai Tumenggung Lodramanggala.

Sultan Muda (Haji) dan ayahnya Sultan Tua (Ageng) Banten berseteru, Sultan Haji membuang orang2 kepercayaan ayahnya ke Lampung termasuk pejabat Banten yang menduduki Indramayu. Sultan Haji berjanji kepada VOC tidak akan pernah menganggu wilayah Cirebon, Sumedang dan Indramayu lagi.

1680 (Juni) : Kentol Wirantaka pergi ke Cirebon untuk mendeportasi rakyat Dermayu untuk kembali.

1680 (Juli) : Bupati Wiralodra menerima kunjungan Ibu mertua Susuhunan Mataram di Indramayu.

Pangeran kedua (anom) Cirebon menyatakan menerima saran pihak VOC agar berbagi kekuasaan dan menjaga keamanan bersama saudara lainnya dan menyatakan Mataram adalah saudara tuanya.

Ciliwidara merusak beberapa desa di Cirebon, lalu melarikan diri ke Banten.

Kiai Rangga Gempol kembali ke Sumedang. 

1680 (Agustus) : Tumenggung Raksanagara (Pelayan Sultan Cirebon), meminta bantuan kepada Wiralodra dan Wirantaka agar membuka akses pintu Bandar Pamanukan.

1681 (Januari) : Wiralodra diberitakan telah tua dan tidak bisa menjalankan tugasnya lagi, ia merekomendasikan anaknya -Kentol Wirantakasebagai penggantinya.

1681 (Sept) Wirapati anak Bupati Indramayu Wiralodra datang ke Batavia untuk berkenalan dengan Speelman.

Sekitar November surat rekomendasi VOC untuk Wirapati dibuat.

1682 (Januari) : Mataram menyerahkan Pamanukan dibawah VOC, Indramayu tetap beada di bawah Wiralodra karena dahulunya pernah dibawah otoritas yang lebihh tinggi yaitu Tumenggung Wangsaita. Ciasem tetap berada dibawah Kartayuda dan Residen Couper ditempatkan di sana.

1682 (Feb) : Perintah kepada Wiralodra Sepuh untuk pergi menghadap Mataram dari VOC.

1682 (Juni) : Kiai Wirapati alias Ngabehi Wiralodra mengirim surat ke Batavia berisi informasi telah wafatnya sang ayah dan penunjukkan Sunan atas dirinya sebagai Ngabehi Indramayu yang baru.

1682 (September) Kiai Martapraya Saudara Wiralodra sepuh menjabat sebagai stedehouder wegens den Gouverneur Wiera Loddra (wakil pemerintahan atas nama Bupati Wiralodra).

1686 : sensus awal VOC, Indramayu dalam pendataan dimasukan dalam kawasan Priangan dengan jumlah 284 Cacah (KK) membawahi 20 desa.

1702 : melalui akta tanggal 16 Juni Kiai Wirantaka diangkat menjadi bupati-utama dan kepala bupati (hooft regent) untuk tanah-tanah di Indramayu. Wirantaka bergelar "Ngabehi Wiralodra" sebagai bupati dan kepala sahnya (regent en opperhooft).

Perbedaan pendapat merupakan hal yang biasa semoga kita sebagai warga Indramayu menyikapi dengan bijak. 

0 komentar:

Post a Comment test