-->

Tradisi-Tradisi Tempo Dulu yang Masih Lestari di Indramayu

Jun 5, 2016
Tradisi Ngarot di Lelea kini jadi ikon Indramayu

Tradisi-tradisi dari Indramayu - Adat istiadat, tradisi atau kebiasaan masyarakat sejak dulu hingga sekarang ada yang masih lestari ada juga yang sudah punah. Begitu juga dengan tradisi-tradisi yang ada di Indramayu. Sebagian sudah punah tetapi ada juga yang masih tetap bertahan hingga kini. 

Dari sekian banyak tradisi-tradisi yang sering dilakukan oleh leluhur kita dulu, sampai sekarang masih ada yang tetap terjaga dan dilestarikan. Ada yang masih sejalan dengan maksud dan tujuan leluhur kita dulu, ada pula yang sudah melenceng jauh. 


Berikut ini tradisi-tradisi tempo dulu yang masih lestari di Indramayu : 

    Tradisi Ngunjung (Gambar Lohbener.desa.id)
  1. Ngunjung atau Munjung. Tradisi Ngunjung atau Munjung berdasarkan babad Cikedung dilaksanakan saat menghendaki musim rendengan atau musim tanam tiba, pelaksanaannya dilakukan di situs leluhur atau makam setempat. Kala itu sesepuh mengumpulkan warga, untuk melakukan munjungan atau ngunjung dengan sarana tumpeng lengkap dengan lauk pauk sepunyanya dan seikhlasnya kepada warga. Alasan melakukan Munjung atau Ngunjung pada situs leluhur adalah pertama untuk mendoakan arwah-arwah pendahulu yang telah tiada, agar leluhur mendapatkan kebahagiaan di alam kelanggengan. Kedua agar anak cucu tetap terjalin hubungan kekeluargaan yang erat, ketiga agar anak cucu tetap mengenang jasa-jasa para leluhur yang telah membabad desa atau pedukuhan, sehingga mereka menaruh rasa hormat dan tidak melupakan sejarah, keempat untuk memberitahukan kepada warga akan datangya musim rendengan (garapan sawah/ladang), sehingga perlu kekompakan dalam pengolahan dan bibit padi atau tanaman yang akan ditanam termasuk bersifat penyuluhan. Tapi pelaksanaannya jauh melenceng dengan yang ada sekarang, orang-orang sudah berubah menjurus kepada pesta pora. Bahkan di areal situs pemakaman dilakukan ritual yang salah kaprah, hendaknya masyarakat harus mengerti mana adat tradisi yang mesti kita jaga dan mana kelakuan yang kurang baik. Kedengarannya memang aneh, misalnya ada organ atau orang karaokean masuk ke areal situs leluhur yang mestinya patut kita hormati.
  2. Tradisi Mapag Sri (Gambar Karangampelkidul.desa.id)
  3. Mapag Sri. Tradisi ini dilakukan manakala hendak memasuki musim panen pertama (rendengan) tiba, ini adalah wujud syukur kepada sang Ilahi. karena tanaman padi warga petani mulus mujur hingga akan dipanen. Mapag Sri berasal dari kata Mapag artinya menjemput, sedang Sri dimaksudkan kepada Dewi Sri (Padi). Biasanya masyarakat bergotong royong untuk mengadakan hiburan wayang kulit tentu dengan lakonnya adalah Dewi Sri. Pada zaman dahulu semangat untuk mewujudkan rasa syukur kepada Sang Ilahi selalu ada walaupun sudah menghadapi musim paceklik. Namun untuk menyambut musim panen mereka menyambutnya dengan suka cita dan mau berbagi satu sama lain. Masyarakat membawa tumpeng yang mereka sajikan itu untuk makan bersama dan saling berbagi. Zaman dahulu seorang kuwu (kepala desa) melakukan ritual panen pertama di sawah, kemudian pocongan padi dari sawah petani dibawa ke balai desa untuk diperlihatkan kepada warga. 
  4. Tradisi Nadran di Juntinyuat (Gambar dari Juntinyuat.desa.id) 
  5. Nadran. Nadran berasal dari kata Nadzar yang artinya janji. Nadran biasanya dilakukan sebagai rasa syukur kepada Ilahi atas segala berkah ikan kepada para nelayan. Biasanya warga patungan untuk membeli seekor kerbau, kepalanya untuk dilarungkan ke laut sementara dagingnya dimasak untuk makan bersama warga. Tetapi ada juga yang melarungkan miniatur perahu ke lautan. Pada saat Nadran biasanya pemilik kapal menghias kapalnya dengan berbagai makanan dan minuman yang dapat dinikmati oleh warga setelah melarungkan kepala kerbau atau minatur perahu ke laut. Melarungkan Kepala Kerbau memiliki makna membuang kebodohan. 
  6. Tradisi Ngarot
  7. Ngarot. Tradisi turun temurun dari nenek moyang ini sering diadakan di daerah Lelea, Jambak dan Tugu. Acara ini dilakukan sekali dalam setahun yakni pada saat menjelang musim tanam padi biasanya sekitar bulan Oktober, Nopember atau Desember. Uniknya acara ini dilakukan setiap hari Rabu bukan hari yang lain. Pesta Ngarot diawali dengan acara ider-ideran atau proses arak-arakan keliling desa yang dilakukan oleh para gadis dari daerah tersebut. Acara ini bagi masyarakat setempat dianggap penting karena sebagai ajang silaturahmi antar masyarakat. Di dalam ider-ideran para peserta menggunakan simbol-simbol tertentu seperti penggunaan busana adat, mahkota bunga, keprabon, payung tiga lapis dengan warna kuning emas dan aneka musik arak-arakan. Kini acara Ngarot akan diadakan agenda tahunan oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu. Tahun lalu acara Exotica Gadis Ngarot mampu menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk datang ke Indramayu. Acara ini dilakukan pada saat perayaan hari jadi Indramayu. 
  8. Tradisi Baritan (Gambar dari Kertasemaya.desa.id)
  9. Baritan. Tradisi lain yang masih dilakukan oleh warga di Indramayu adalah Baritan. Baritan dilakukan pada bulan-bulan tertentu yang dianggap masyarakat dalam keadaan kesusahan. Baritan hanya dilakukan warga pada blok atau gang masing-masing. Biasanya dilakukan pada perempatan jalan, ujung jalan atau di sawah. Setelah ritual selesai mereka makan bersama-makan di tempat itu juga. Baritan dilakukan sebagai rasa syukur atau sedekah dan berdoa agar menolak bala. Jika ada orang dari daerah lain maka orang tersebut dipersilahkan untuk ikut makan bersama, berbeda dengan Munjung atau Ngunjung dilakukan oleh warga satu desa atau pedukuhan tertentu dan waktunya hanya setahun sekali menjelang musim penghujan tiba, sedangkan baritan biasanya dilakukan sampai tujuh kali dalam setahun dan dilakukan pada sore jumat sebelum magrib. 
  10. Sedekah bumi (Gambar dari Sekarmulya.desa.id)
  11. Sedekah Bumi. Tradisi sedekah bumi sebenarnya hampir sama dengan Ngunjung atau Munjung cuma yang membedakan adalah tempatnya. Kalau Ngunjung atau Munjung dilakukan di situs atau makam, sedangkan Sedekah Bumi biasanya dilakukan di Balai Desa. Sedekah bumi biasanya dilakukan sebelum rendengan atau musim penghujan bisa bulan September, Oktober dan Nopember atau tergantung musim penghujannya datang.
  12. Mapag Tamba. Ritual adat yang ada desa Tugu Kecamatan Sliyeg yang diawali dengan pengambilan airdari sembilan sumber air lalu dibacakan doa bersama di Balai Desa Tugu. Kemudian air tamba (obat) tersebut dibawa oleh wadyabala dengan mengelilingi penjuru desa dengan menggunakan bungbung (bambu), kemudian air yang telah didoakan tersebut disiramkan ke sawah. Ritual ini sebagai ikhtiar untuk tolak bala agar tanaman padi terhindar dari serangan hama, dan agar panennya melimpah. 
Mapag Tamba (Dok. Inewsjabar.id)


Sebenarnya masih banyak tradisi-tradisi tempo dulu yang masih dilakukan hingga saat ini. Kalau saja tradisi-tradisi tersebut dikemas dengan baik, bukan tidak mungkin akan menjadi daya tarik wisata bagi Indramayu. Sehingga pariwisata di Indramayu akan semakin berkembang lagi.

2 komentar for Tradisi-Tradisi Tempo Dulu yang Masih Lestari di Indramayu: